PALEMBANG – Suara gemercik air terdengar di antara deretan kolam ikan di Kelurahan Sukamoro, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.
Di sana, Syarif dengan tekun menabur pakan untuk ikan-ikannya pada Jumat (31/1/2025) pagi. Tak banyak yang menyangka, kolam-kolam yang kini menghasilkan cuan itu dulunya adalah bekas lubang galian tanah liat.
Awalnya, Syarif menjalankan usaha pembuatan batu bata dengan menggali tanah di sekitar rumahnya. Namun, ketika usaha itu tidak berkelanjutan, yang tersisa hanyalah lubang-lubang menganga.
Dari sanalah ide cemerlang muncul: mengubah bekas galian menjadi kolam budidaya ikan.
Pilihan jatuh pada ikan patin dan lele. Siapa sangka, keputusan itu mengubah hidupnya.
Hanya dalam beberapa hari, dua ton ikan patin berhasil dipanen, bahkan membutuhkan bantuan tenaga dari warga sekitar.
“Pas panen patin, kita panggil tenaga kerja tambahan dari warga sekitar, terutama tetangga.
Karena ikannya besar-besar sehingga kita butuh bantuan tenaga tambahan dan waktu satu minggu untuk memanennya,” ungkap Syarif.
Tidak berhenti pada ikan patin, Syarif juga sukses membudidayakan lele dengan hasil panen mencapai 400 kilogram pada Januari lalu.
Ia pun ketiban berkah dari cuaca laut yang tidak bersahabat bagi nelayan, membuat permintaan ikan budidaya melonjak.
Perjalanan Syarif tidak selalu mulus. Kegagalan panen sempat menghantui langkah awal usahanya.
Namun, segalanya berubah pada 2024 ketika ia bergabung sebagai mitra binaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Unit Dermaga Kertapati.
Lewat program LENTERA SUKAMORO (Lele Olahan Membawa Sejahtera di Sukamoro) yang mengusung
tema BANGGA BERSERI (Lubang Galian Berdaya, Sehat, dan Lestari), PTBA tidak hanya memberikan bantuan berupa benih, pakan, dan pembangunan kolam, tetapi juga pendampingan usaha secara menyeluruh.
Kolam-kolam ikan Syarif dibangun dengan memanfaatkan limbah karet dari belt conveyor dan bottom ash untuk paving lantai kolam.
“Alhamdulillah, setelah jadi mitra binaan Bukit Asam, usaha kami jadi tambah besar dan omzet meningkat. Dari satu kolam, sekarang bertambah jadi beberapa kolam.
Banyak yang mengikuti jejak kami. Kami sangat berterima kasih pada Bukit Asam,” tutur Syarif penuh syukur.
Tidak hanya menghasilkan ikan, kolam-kolam Syarif kini juga menjadi pusat budidaya sayuran dengan sistem akuaponik.
Kotoran ikan dimanfaatkan sebagai pupuk alami, menyuburkan tanaman kangkung hingga cabai.
Tak hanya itu, PTBA turut memasangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menghidupkan pompa air otomatis yang menyiram tanaman secara efisien.
Dulunya hanya dikelola bersama sang istri, kini usaha budidaya ikan Syarif membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.
Saat panen, Syarif mempekerjakan tetangganya dengan upah yang setara penghasilan kerja kasar sehari.
“Pendapatan yang mereka terima untuk membantu panen ikan selama 1-2 jam setara dengan penghasilan kerja kasar selama sehari di luar desa,” jelas Syarif.
Semangat Syarif tak berhenti di sini. Ia memiliki impian untuk membangun sentra ikan dengan keramba apung
yang lebih modern dan efisien, sekaligus membawa manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat Sukamoro.
Transformasi lubang galian menjadi kolam ikan yang mendatangkan cuan adalah bukti bahwa inovasi dan ketekunan dapat mengubah keterbatasan menjadi peluang.
Dengan dukungan PTBA dan semangat pantang menyerah, Syarif telah membuktikan bahwa keberlanjutan tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Dari lubang galian menjadi sumber penghidupan. Dari tanah yang terlantar menjadi pusat ekonomi warga.
Inilah kisah inspiratif Syarif dan LENTERA SUKAMORO.