PALEMBANG – Harbin, ibu kota Provinsi Heilongjiang, semakin menegaskan posisinya sebagai pusat ekonomi berbasis pariwisata es dan salju di Tiongkok.
Pada masa liburan Imlek 2025 yang berlangsung selama delapan hari (28 Januari – 4 Februari), kota ini mencatat lonjakan wisatawan yang signifikan.
Harbin Ice-Snow World, taman hiburan bertema es yang memukau dengan patung-patung es raksasa, berhasil
menarik lebih dari 610.000 pengunjung, dengan rekor harian tertinggi mencapai 100.000 kunjungan pada 1 Februari.
Keberhasilan ini bertepatan dengan perhelatan 9th Asian Winter Games yang di selenggarakan di Harbin pada 7-14 Februari.
Ajang olahraga musim dingin terbesar di Asia ini menjadi momentum penting setelah Tiongkok sukses menggelar Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Presiden Tiongkok Xi Jinping di jadwalkan menghadiri upacara pembukaan serta menjamu para pemimpin asing yang turut hadir.
Ekonomi Es dan Salju Melaju Pesat
Presiden Xi Jinping secara konsisten mendorong perkembangan industri olahraga dan pariwisata es dan salju sebagai sektor strategis yang mampu menggerakkan perekonomian nasional.
Dalam beberapa tahun terakhir, sektor ini mengalami pertumbuhan eksponensial dengan semakin banyaknya
masyarakat yang berpartisipasi dalam berbagai olahraga musim dingin, seperti seluncur es, ski, curling, dan hoki es.
Data dari Kementerian Olahraga Tiongkok menunjukkan bahwa jumlah peserta olahraga es dan salju secara nasional mencapai 57,35 juta orang pada musim 2023-2024.
Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan musim dingin meningkat 38% di banding tahun sebelumnya, mencapai lebih dari 385 juta wisatawan.
Harbin sendiri mengalami lonjakan luar biasa, dengan lebih dari 87 juta pengunjung pada musim dingin terakhir, meningkat hingga 300% secara tahunan.
Pendapatan pariwisata kota ini melonjak 500%, mencapai RMB 124,8 miliar (sekitar $17,4 miliar), memperlihatkan potensi besar industri ini sebagai motor penggerak ekonomi.
Dari “Dingin” Menjadi “Panas” di Pasar Domestik
Industri es dan salju tidak hanya mendongkrak sektor pariwisata, tetapi juga merangsang pertumbuhan konsumsi domestik.
Produk-produk terkait musim dingin, seperti pakaian hangat dan peralatan ski, mengalami lonjakan permintaan.
Pada festival belanja “Double 11” tahun lalu, platform e-commerce terbesar di Tiongkok, Tmall, mencatat
peningkatan penjualan lebih dari 200% untuk kategori produk seperti down jacket, pakaian thermal, dan perlengkapan ski.
Untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya es dan salju secara optimal, Tiongkok terus memperluas cakupan ekonomi musim dingin.
Rencana ambisius telah dirancang untuk menjadikan sektor ini sebagai mesin pertumbuhan baru, dengan target nilai ekonomi mencapai RMB 1,2 triliun (sekitar $169 miliar) pada 2027 dan RMB 1,5 triliun pada 2030.
Dukungan Kebijakan dan Perhatian Global
Demi mencapai target tersebut, berbagai kota dan wilayah di Tiongkok telah mengintegrasikan olahraga dan pariwisata musim dingin ke dalam rencana pembangunan mereka.
Provinsi Heilongjiang, misalnya, telah mendirikan zona percontohan olahraga musim dingin China-Shanghai
Cooperation Organization serta mempercepat pengembangan industri peralatan dan teknologi digital terkait es dan salju.
Beijing pun meluncurkan 24 langkah strategis untuk memperluas olahraga musim dingin, meningkatkan konsumsi terkait, serta membangun fasilitas es dan salju.
Perkembangan pesat ini juga menarik perhatian global.
Kebijakan baru, seperti optimalisasi kebijakan bebas visa dan pembukaan rute penerbangan internasional, semakin menarik wisatawan asing untuk menikmati musim dingin di Tiongkok.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, mengundang masyarakat global untuk ikut serta
dalam berbagai ajang es dan salju, serta mempererat kerja sama internasional dalam bidang olahraga dan pariwisata.
Dengan pertumbuhan yang pesat dan dukungan kebijakan yang kuat, ekonomi es dan salju kini telah menjadi
momentum baru dalam industri pariwisata global, menjadikan Tiongkok sebagai destinasi utama bagi para pencinta musim dingin di seluruh dunia.