PALEMBANG – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid,
menyampaikan pesan penting dalam Kuliah Pakar di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), Senin (26/5/2025).
Di hadapan mahasiswa, ia menegaskan bahwa kebijakan kebun plasma bukan sekadar kewajiban administratif,
melainkan strategi jangka panjang untuk mengoreksi ketimpangan agraria dan mewujudkan keadilan ekonomi di Indonesia.
“Dulu negara memberikan konsesi tanah ke pengusaha dengan harapan bisa menciptakan multiplier effect—dampak ekonomi berantai.
Tapi nyatanya belum optimal. Sekarang saatnya di koreksi. Mahasiswa harus tahu dan ikut mengawasi ini,” ujar Menteri Nusron.
Dari 20% Menuju 50%, Plasma untuk Rakyat
Kebun plasma—yang mewajibkan perusahaan perkebunan membagikan sebagian lahannya kepada masyarakat sekitar—selama ini diatur dengan batas minimal 20%.
Namun, pada awal 2025, Kementerian ATR/BPN mengusulkan peningkatan angka tersebut menjadi 30%, bahkan hingga 50% atau lebih, dalam rapat bersama Komisi II DPR RI.
“Awalnya tidak ada plasma. Lalu kita negosiasikan jadi 20%. Tapi sekarang kita dorong agar bisa di tingkatkan ke 50%, bahkan sampai 60–70%.
Tujuannya jelas: supaya manfaat tanah tidak hanya di nikmati segelintir orang, tapi bisa menciptakan kesetaraan,” tegasnya.
Perubahan Tak Bisa Instan, Perlu Negosiasi dan Keseimbangan
Nusron juga menekankan pentingnya pendekatan bertahap dalam implementasi kebijakan ini. “Kalau izinnya kita cabut begitu saja, ekonomi bisa kolaps.
Jadi harus pelan-pelan, lewat negosiasi, bukan konfrontasi,” jelasnya.
Ia memberi ilustrasi bahwa kebijakan ini di fokuskan pada perusahaan yang tengah mengajukan perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU) tahap ketiga.
Momentum ini di gunakan untuk memperkuat keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lahan.
Mahasiswa Adalah Garda Depan Perubahan
Lebih dari sekadar paparan kebijakan, Menteri Nusron memberi suntikan semangat kepada mahasiswa agar tidak
hanya jadi penonton, tapi ikut menjadi bagian dari perubahan.
“Negara ini butuh kalian. Bukan cuma jadi ahli teori, tapi juga pemikir yang ikut menjaga dan memperjuangkan kebijakan publik yang adil,” katanya.
Kuliah Pakar Bertema Ketangguhan Komunitas
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara bertema “Peran Perawat dalam Membangun Ketangguhan Komunitas Melalui Manajemen Siklus Bencana Terpadu”.
Hadir pula Anwar Kurniadi, Guru Besar sekaligus Kaprodi Manajemen Bencana Universitas Pertahanan Republik
Indonesia, serta Priyo Mukti Pribadi Winoto, dosen Keperawatan UNUSA yang memandu sesi diskusi.
Kuliah Pakar ini di sambut antusias oleh civitas akademika UNUSA, mulai dari para Wakil Rektor, Dekan, hingga mahasiswa lintas prodi.
Kegiatan seperti ini, menurut pihak kampus, menjadi wadah strategis untuk mempertemukan dunia akademik dengan isu-isu nasional yang aktual dan berdampak luas.