PALEMBANG – Sampah organik yang selama ini dianggap sebagai masalah, kini disulap menjadi peluang emas
oleh para pemuda Desa Tanjung Agung, berkat inisiasi dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Pada Kamis (17/4/2025), PTBA menggelar pelatihan budidaya dan pengolahan maggot — larva dari lalat Black
Soldier Fly (BSF) yang dikenal multifungsi, mulai dari pengurai sampah, bahan pakan ternak, hingga bahan baku obat-obatan.
Pelatihan ini menjadi bagian dari Program Transformasi Pemberdayaan Ekonomi Terintegrasi (PETI), sebuah
program yang dirancang untuk membuka peluang kerja berkelanjutan bagi kelompok rentan di sekitar wilayah
operasi PTBA sekaligus mendorong ekonomi sirkular berbasis komunitas.
Maggot: Peluang Emas di Tengah Desa
“Maggot itu bukan sekadar larva, tetapi peluang bisnis masa depan,” jelas Arie Romanov, ahli budidaya maggot dari Magobox yang menjadi narasumber dalam pelatihan.
Dalam sesi ini, sebanyak 10 pemuda Desa Tanjung Agung mendapatkan pelatihan intensif, mulai dari teknik
pemilihan bahan baku, manajemen budidaya yang efektif, hingga strategi pemasaran produk maggot.
Semangat perubahan pun mulai tumbuh di kalangan peserta.
“Kami tidak mau jadi penonton di desa sendiri. Kami ingin menjadi pelaku utama perubahan,” tegas Ayi Ruslan, salah satu peserta pelatihan.
Kolaborasi Jadi Kunci Sukses
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan pemuda, tetapi juga mengundang partisipasi pemerintah desa, sekolah, hingga pelaku usaha kuliner lokal.
Mereka berkomitmen untuk mendukung usaha budidaya maggot, salah satunya dengan mengirimkan sampah organik sebagai bahan baku utama.
Ayi meyakini bahwa keberhasilan program ini terletak pada kolaborasi.
“Kalau kita jalan bareng-bareng — pemuda, pemerintah, swasta, dan PTBA — Tanjung Agung bisa jadi contoh
desa mandiri yang benar-benar mengubah sampah jadi emas,” ujarnya penuh semangat.
Pendampingan dan Pengembangan Lanjutan
Tidak berhenti sampai pelatihan, PTBA juga berkomitmen memberikan pendampingan berkelanjutan kepada para peserta.
Ini termasuk akses ke teknologi pengolahan terbaru dan pembukaan jaringan pasar untuk produk maggot.
Dukungan Pemerintah Desa
Rudi Hartono, Sekretaris Desa Tanjung Agung, menilai bahwa budidaya maggot ini menjawab dua tantangan
sekaligus: mengurangi timbunan sampah dan memperkuat ketahanan pangan.
“Program ini sangat sejalan dengan visi pembangunan desa kami.
Kami akan sinergikan dengan program desa lainnya untuk memperluas dampaknya,” kata Rudi.
Dengan semangat baru ini, Desa Tanjung Agung bertransformasi menjadi laboratorium hidup pemberdayaan
masyarakat berbasis inovasi, membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari larva kecil.