PALEMBANG – Bencana hidrometeorologi yang kerap melanda Indonesia semakin menegaskan pentingnya perencanaan tata ruang berbasis mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
Hal ini di sampaikan oleh Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (Wamen
ATR/Waka BPN), Ossy Dermawan, dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana yang di gelar di Gedung
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta pada Kamis (20/03/2025).
“Sekitar 96% bencana yang terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.
Ini menunjukkan bahwa perencanaan tata ruang yang baik tidak lagi sekadar menjadi slogan, tetapi harus
di terapkan secara konkret di setiap tingkat pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Untuk memitigasi risiko
bencana dan melindungi masyarakat,” ujar Wamen Ossy dalam paparannya.
Ia menilai, perencanaan tata ruang yang baik merupakan fondasi utama dalam pembangunan berkelanjutan.
Tata ruang yang efektif tidak hanya mengatur pemanfaatan lahan, tetapi juga memastikan pembangunan di lakukan dengan memperhatikan faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi.
“Tata ruang yang baik juga harus mencakup aspek mitigasi risiko bencana yang sangat vital untuk menciptakan
kehidupan yang aman dan nyaman bagi masyarakat,” tegas Wamen Ossy.
Wamen ATR/Waka BPN menjelaskan, ada beberapa peran penting yang harus di perhatikan dalam perencanaan tata ruang.
Di antaranya, identifikasi kawasan zona rawan bencana, pengurangan kerentanan infrastruktur, serta penempatan infrastruktur vital di lokasi yang aman dari potensi bencana.
Selain itu, tata ruang yang baik di harapkan dapat mengurangi dampak bencana, menyelamatkan nyawa manusia,
mencegah kerugian ekonomi, dan meningkatkan kapasitas lokal untuk merespons dan memulihkan diri.
Meski tata ruang penting dalam upaya mitigasi bencana, menurut Wamen Ossy implementasi perencanaannya bukanlah hal mudah.
Ada tantangan yang perlu di hadapi, seperti memperkuat koordinasi antar lembaga, memanfaatkan teknologi dan
data, meningkatkan kapasitas SDM, mendorong partisipasi masyarakat, serta mengintegrasikan kebijakan dan peraturan.
“Selain itu, penguatan pengendalian dan penertiban juga sangat di perlukan untuk memastikan implementasi tata ruang yang efektif di lapangan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Wamen Ossy menegaskan pentingnya sinergi dan kolaborasi antar institusi dalam menghadapi tantangan bencana.
“Kedua lembaga ini memiliki peran yang saling melengkapi. ATR/BPN bertanggung jawab dalam perencanaan
dan pengelolaan tata ruang, sementara BNPB fokus pada manajemen bencana dan mitigasi risiko,” pungkasnya.
Rapat koordinasi ini turut di hadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Menko PMK), Pratikno; Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang; Kepala BNPB, Suharyanto; Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy; Wakil Menteri Lingkungan
Hidup, Diaz Hendropriyono; serta para kepala daerah yang hadir secara luring maupun daring.















