PALEMBANG – Toxic
dan toksik
adalah dua kata yang memiliki makna dan penggunaan serupa, merujuk pada sesuatu yang beracun atau bersifat merusak. Kedua kata ini dapat digunakan untuk menggambarkan zat fisik dan juga fenomena psikologis yang memberikan dampak negatif, baik pada kesehatan fisik maupun mental.
Toxic
adalah bentuk serapan langsung dari bahasa Inggris yang sangat umum dipakai dalam percakapan sehari-hari, sementara toksik
adalah bentuk padanan kata yang telah diserap dan dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Mengenal Lebih dalam Toxic dan Toksik
Perbedaan dan Penggunaan
- Toxic: Kata ini merupakan bentuk serapan langsung dari bahasa Inggris yang kini sangat populer. Penggunaannya umumnya lebih sering ditemukan dalam percakapan informal, media sosial, atau di kalangan anak muda. Istilah
toxic
lebih sering dipakai untuk konteks perilaku dan hubungan, seperti “orang toxic,” “hubungan toxic,” atau “lingkungan toxic” untuk menggambarkan situasi yang merusak mental dan emosional. Kata ini terasa lebih kasual dan modern. - Toksik: Kata ini adalah padanan kata yang resmi dalam Bahasa Indonesia dan telah diakui oleh KBBI. Penggunaan
toksik
cenderung lebih formal dan sering ditemukan dalam tulisan akademis, laporan ilmiah, atau jurnal kesehatan. Dalam konteks medis atau kimia, kata ini merujuk pada zat yang beracun, seperti “limbah toksik” atau “efek toksik dari paparan zat kimia.” Meskipun demikian,toksik
juga dapat digunakan dalam konteks psikologis yang sama sepertitoxic
, seperti “sifat toksik” atau “situasi toksik,” yang menunjukkan pemahaman yang sama namun dengan pilihan kata yang lebih baku.
Makna dalam Psikologi
Dalam konteks psikologi, baik toxic
maupun toksik
merujuk pada konsep yang melampaui makna harfiahnya sebagai racun fisik. Keduanya menggambarkan dinamika atau sifat yang secara konsisten merugikan kesejahteraan mental dan emosional seseorang.
- Menimbulkan Dampak Negatif: Sifat atau situasi
toxic
secara langsung merusak kesehatan fisik dan mental. Paparan terus-menerus terhadap perilakutoxic
dapat menyebabkan peningkatan stres, kecemasan, bahkan depresi. Seseorang bisa mengalami kelelahan mental yang parah, yang pada akhirnya memengaruhi kondisi fisik, seperti gangguan tidur atau sakit kepala. Ini adalah racun yang bekerja secara psikologis, menggerogoti energi dan semangat hidup seseorang dari waktu ke waktu. - Menyebabkan Ketidakbahagiaan: Hubungan atau lingkungan yang
toxic
tidak hanya merusak, tetapi juga menghilangkan kebahagiaan. Seseorang mungkin akan merasa terus-menerus cemas, diremehkan, atau tidak dihargai. Suasana ini menciptakan perasaan hampa dan mengurangi semangat hidup. Seringkali, individu yang berada di dalam situasitoxic
merasa terjebak dan sulit menemukan kegembiraan. - Merusak Hubungan: Dalam sebuah “hubungan toxic,” dinamika kekuasaan tidak seimbang. Salah satu pihak mungkin merasa tidak didukung, direndahkan, atau bahkan diserang secara verbal. Hubungan ini sering kali didasari oleh manipulasi, kritik, dan kontrol, bukan oleh rasa saling menghormati dan percaya. Akibatnya, hubungan menjadi sumber penderitaan, bukan kebahagiaan.
Contoh Penggunaan
- Kontekstual Kesehatan Fisik: “Bahan kimia ini bersifat toksik bagi lingkungan, dan paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius pada manusia.”
- Kontekstual Perilaku: “Dia memiliki perilaku toxic yang sering merendahkan orang lain, membuat hubungan pertemanan mereka tidak bertahan lama.”
- Kontekstual Lingkungan: “Lingkungan kerja di perusahaan itu sangat toxic karena penuh dengan gosip dan persaingan tidak sehat.”