PALEMBANG – Sering kali kita mendengar kata “takdir” sebagai alasan untuk pasrah atau menyerah pada keadaan. Namun, benarkah takdir adalah garis hidup yang sudah tertulis dan tidak bisa diubah? Pandangan ini justru menggugat makna takdir dan mengajak kita untuk melihatnya sebagai sesuatu yang kita ciptakan, bukan terima.
Menulis Ulang Garis Hidup
Melawan Persepsi Lama tentang Takdir
Dalam pandangan umum, takdir sering dianggap sebagai sebuah takdir yang telah ditentukan sejak awal, membuat kita merasa seperti wayang yang digerakkan oleh tangan tak terlihat.
Bagi sebagian orang, pandangan ini memberikan rasa aman dan kenyamanan, sebuah jaminan bahwa segala sesuatu sudah ada yang mengatur. Namun, di sisi lain, pandangan ini juga bisa menjadi penjara yang membatasi potensi dan kebebasan manusia.
Pandangan Baru: Takdir Diciptakan, Bukan Diberikan
Konsep takdir yang lebih memberdayakan datang dari filsuf eksistensialis. Menurut mereka, manusia tidak memiliki takdir yang telah tertulis, melainkan dikutuk untuk bebas. Ini berarti:
- Manusia Lahir Tanpa Hakikat: Kita tidak dilahirkan dengan esensi atau takdir bawaan. Sebaliknya, setiap individu menciptakan hakikat dirinya sendiri melalui setiap pilihan, tindakan, dan keputusan yang ia ambil.
- Tanggung Jawab Penuh: Setiap pilihan yang kita buat memiliki konsekuensi, dan kita harus bertanggung jawab penuh atasnya. Tidak ada alasan untuk menyalahkan takdir, Tuhan, atau keadaan atas apa yang terjadi pada hidup kita.
- Lawan dari Pasrah: Bersembunyi di balik alasan “sudah takdir” atau “tidak bisa berbuat apa-apa” dianggap sebagai tindakan “bad faith” atau kepercayaan buruk, sebuah cara untuk menipu diri sendiri dan lari dari tanggung jawab.
Mengubah Hidup dengan Mengambil Alih Takdir
Jika takdir adalah sesuatu yang kita ciptakan, bukan sesuatu yang menunggu kita, maka setiap detik dalam hidup kita adalah kesempatan untuk membentuk masa depan.
- Menyadari Setiap Pilihan Penting: Setiap keputusan, sekecil apa pun, berkontribusi pada siapa diri kita di masa depan. Menyadari hal ini akan membuat kita lebih bijak dalam menentukan jalan hidup.
- Mengambil Tanggung Jawab: Alih-alih menyalahkan takdir, kita harus berani mengambil tanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan kita. Ini adalah langkah pertama menuju pertumbuhan dan kematangan.
- Menciptakan Makna Hidup: Karena tidak ada takdir yang tertulis, makna hidup kita harus diciptakan oleh kita sendiri. Tujuan hidup bukan untuk ditemukan, melainkan untuk diciptakan melalui tindakan dan pilihan yang kita yakini.
Takdir bukanlah akhir dari sebuah cerita, melainkan kanvas kosong tempat kita melukis hidup kita sendiri. Takdir adalah setiap pilihan yang kita ambil, setiap tindakan yang kita lakukan, dan setiap tanggung jawab yang kita pikul. Dengan mengubah cara pandang dari pasrah menjadi proaktif, kita dapat melihat bahwa takdir adalah cerminan dari diri kita, yang terus kita bentuk setiap harinya.