Gowok: Kamasutra Jawa adalah film drama tahun 2025 yang mengangkat kembali tradisi unik Jawa, menggali kisah seorang gowok dan dilema cintanya. Pertama-tama, film ini berlatar era 1960-an, memperkenalkan kita pada profesi dukun perempuan yang mendidik calon pengantin pria. Namun, di tengah tugas sakralnya, muncul kisah asmara yang menguji batas. Oleh karena itu, film ini akan mengeksplorasi hubungan antara tradisi, cinta, dan konsekuensi pilihan.
Sinopsis Gowok: Kamasutra Jawa
Film Gowok: Kamasutra Jawa mengisahkan Ratri, seorang murid dari Nyai Santi, gowok legendaris. Dalam kebudayaan Jawa, gowok adalah dukun perempuan yang disewa untuk memberikan pendidikan seksual dan perihal rumah tangga kepada pemuda yang belum menikah. Ratri yang masih muda jatuh cinta pada Jaya, seorang pemuda bangsawan seusianya. Kemudian, Jaya berjanji akan menikahi Ratri. Sayangnya, hubungan mereka diketahui Nyai Santi, lantas membuatnya berang. Ia pun memisahkan keduanya karena yakin Jaya tidak akan menepati janjinya. Setelah dewasa, Ratri menjadi penerus Nyai Santi dengan nama Nyai Ratri. Ia kemudian dipercaya untuk menjadi gowok bagi Bagas, yang tak lain adalah anak dari Jaya. Namun, dalam prosesnya, Nyai Ratri melakukan sesuatu yang melampaui batas seorang gowok. Apa yang seharusnya menjadi pelajaran justru menjadi keterikatan tak semestinya, hingga akhirnya memicu amarah keluarga Bagas.
Tema Cerita Gowok: Kamasutra Jawa
- Tradisi dan Tanggung Jawab: Film ini mengeksplorasi peran dan tanggung jawab seorang gowok dalam masyarakat Jawa.
- Cinta Terlarang dan Konsekuensi: Kisah cinta antara Ratri dan Jaya, serta dampaknya pada takdir Ratri, menjadi inti emosional.
- Batas dan Etika Profesi: Film ini menyentuh batas-batas yang seharusnya tidak dilampaui dalam menjalankan sebuah profesi.
- Keadilan Sosial dan Stereotip: Film ini juga mungkin menyiratkan komentar tentang perbedaan kelas sosial dan prasangka.
“Gowok: Kamasutra Jawa” menawarkan narasi yang berani dan menggugah, merangkai tradisi kuno dengan drama emosional yang kompleks. Film ini berhasil menyajikan konflik antara tugas dan perasaan pribadi. Pastinya, film ini akan memprovokasi diskusi tentang budaya, cinta, dan etika.