PALEMBANG – Asal usul anarkisme sebagai sebuah ideologi politik modern berbeda dengan asal usul kata “anarki” itu sendiri. Meskipun gagasan tentang masyarakat tanpa penguasa sudah ada sejak zaman kuno, anarkisme baru muncul sebagai sebuah gerakan dan filosofi yang terstruktur pada abad ke-19.
Asal Usul Anarkisme
Akar Pemikiran (Sebelum Abad ke-19)
Jauh sebelum anarkisme dikenal, beberapa pemikir dan gerakan historis sudah mengembangkan gagasan yang menjadi cikal bakal dari ideologi tersebut. Di Yunani kuno, filsuf Zeno dari Citium (pendiri Stoikisme) berpendapat bahwa manusia dapat hidup secara mandiri, tanpa perlu negara, selama mereka mengikuti hukum moral.
Selama Era Pencerahan di Eropa, pemikir seperti Jean-Jacques Rousseau dan William Godwin menyebarkan ide tentang kebebasan individu dan kritik terhadap otoritas.
Mereka berpendapat bahwa pemerintah sering kali korup dan menindas. Godwin, khususnya, sering dianggap sebagai bapak anarkisme modern, meskipun ia sendiri tidak pernah menggunakan istilah tersebut.
Lahirnya Gerakan Anarkisme (Abad ke-19)
Anarkisme lahir sebagai gerakan politik yang terorganisir di tengah gejolak revolusi industri dan kritik terhadap negara modern.
- Pierre-Joseph Proudhon (1809–1865): Secara terbuka Joseph orang petama yang menyebut dirinya anarkis. Dalam bukunya What Is Property? (1840), Joseph menyatakan “Properti adalah pencurian” dan mengusulkan sebuah masyarakat “mutualisme” di mana individu dan kelompok berinteraksi melalui kontrak sukarela, bukan melalui hukum negara.
- Mikhail Bakunin (1814–1876): Sebagai seorang revolusioner dan tokoh anarkis kolektivis, Bakunin menekankan bahwa negara adalah sumber utama penindasan. Kolektif atau komune mengatur masyarakat. Bakunin juga menyerukan revolusi untuk menghancurkan negara serta sistem kapitalis. Selain itu, publik mengenal Bakunin karena perdebatan ideologis sengit dengan Karl Marx.
- Peter Kropotkin (1842–1921): Kropotkin, seorang ilmuwan dan filsuf, mengembangkan gagasan anarko-komunisme. Kropotkin berargumen bahwa kerja sama dan “bantuan timbal balik” adalah insting alami manusia, bukan persaingan. Selain itu, Kropotkin membayangkan komune-komune kecil telah mengatur dan mengorganisir masyarakat yang saling berkoordinasi secara federatif. Mengatur diri sendiri dan berbagi sumber daya secara komunal.
Sejak abad ke-19, pemikiran-pemikiran ini terus berkembang dan bercabang menjadi berbagai aliran, termasuk anarko-sindikalisme, anarko-individualisme, dan anarko-kapitalisme, yang semuanya memiliki tujuan yang sama: menghilangkan dominasi dan membangun masyarakat yang benar-benar bebas.