PALEMBANG – Film High Life yang dirilis pada tahun 2018 bukanlah film fiksi ilmiah biasa. Dengan disutradarai oleh Claire Denis. Film High Life menempatkan eksperimen ilmiah sebagai inti cerita. Eksperimen ini menjadi pemicu dari semua kengerian. Sebuah kengerian yang berasa dari sisi psikologi karakter.
Selain itu, Film High Life akan membawa penonton ke dalam perjalanan gelap. Perjalanan untuk memahami naluri bertahan hidup ketika di hadapankan dengan isolasi ekstrem.
Film High Life juga menawarkan pandangan yang mendalam. Sebuah pandangan tentang bagaimana manusia berperilau. Terutama ketika dihadapkan pada situasi yang mustahil.
Sisi Ilmiah High Life: Lubang Hitam dan Eksperimen Kejam
Inti dari High Life adalah misi ilmiah. Misi itu adalah untuk mengumpulkan energi dari lubang hitam. Namun, misi ini hanyalah kamuflase. Misi yang sebenarnya adalah eksperimen reproduksi. Eksperimen ini dilakukan oleh Dr. Dibs.
Dr. Dibs adalah seorang ilmuwan. Ia terobsesi untuk menciptakan kehidupan. Obsesinya adalah untuk menciptakan kehidupan di luar angkasa. Ia melakukan eksperimen reproduksi pada para narapidana.
Sebuah kelinci percobaan dan Dr. Dibs ingin mengetahui. Apakah manusia dapat bereproduksi di luar angkasa? Eksperimen ini mengubah para narapidana menjadi objek penelitian.
Di sisi yang sama, film High Life menunjukkan betapa gelapnya sebuah sains. Ketika sains yang tidak memiliki batasan moral di gunakan dengan alasan pengetahuan. Film High Life juga menunjukkan bagaimana dampak dari sains yang kejam dapat merusak psikologis manusia.
Analisis Psikologi Karakter: Dari Narapidana Menjadi Manusia Seutuhnya
Setiap karakter di High Life memiliki latar belakang yang gelap. Masing-masing memiliki trauma dan dosa. Mereka harus menghadapi trauma tersebut di ruang yang sempit.
- Monte (Robert Pattinson): Monte adalah karakter sentral. Ia digambarkan sebagai sosok yang pendiam. Terlihat berbeda dari yang lain. Serta memilih untuk abstain dari kegiatan seksual. Ia adalah satu-satunya karakter yang tidak berpartisipasi dalam eksperimen Dr. Dibs. Pilihan ini membuatnya menjadi satu-satunya yang bertahan. Selain itu, Ia harus membesarkan putrinya di luar angkasa. Perannya sebagai seorang ayah memberinya tujuan hidup. Hingga pada akhirnya menemukan makna hidupnya.
- Dr. Dibs (Juliette Binoche): Dr. Dibs adalah seorang ilmuwan yang gila. Ia terobsesi dengan eksperimennya. Tidak peduli dengan moralitas. Ia menganggap para narapidana sebagai tikus laboratorium. Namun, film ini menunjukkan sisi rentannya. Dr. Dibs memiliki masa lalu yang kelam. Sebuah masa lalu yang mendorongnya untuk melakukan eksperimen aneh.
- Boyse (Mia Goth): Boyse adalah karakter yang penuh dengan amarah. Ia sering bertindak di luar kendali. Amarahnya adalah manifestasi dari isolasi dan keputusasaan. Ia berjuang untuk menemukan tempatnya. Selain itu, Boyse juga mencoba untuk mengendalikan situasi. Namun, sayangnya Boyse tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.
Isolasi sebagai Kunci Psikologis
High Life adalah film tentang isolasi. Karakter-karakter ini terisolasi dari Bumi. Mereka terperangkap dalam kotak logam. Kemudian mereka dipaksa untuk berinteraksi. Dalam interaksinya, tidak jarang muncul sisi gelap mereka.
Semua terjadi bukan tanpa sebab, melainkan Isolasi adalah pemicu utamanya. Isolasi yang membuat mereka kehilangan akal sehat. Sehingga mereka harus bertahan dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Film ini menunjukkan bagaimana isolasi dapat memengaruhi mental manusia. Film High Life adalah studi kasus tentang bagaimana manusia bereaksi terhadap ketiadaan harapan.
High Life adalah film yang berani. Film ini mengeksplorasi isu-isu kompleks. Isu-isu itu adalah sains, moralitas, dan psikologi. Film ini tidak menawarkan jawaban yang mudah. Sebaliknya, ia meninggalkan pertanyaan. Pertanyaan itu akan membuat Anda merenung. High Life adalah film fiksi ilmiah yang gelap dan akan tetap relevan.